JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan target lifting minyak bumi dan gas bumi untuk tahun 2026 yang cukup ambisius. Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026, pemerintah menargetkan lifting minyak bumi mencapai antara 600.000 hingga 610.000 barel per hari (bph). Sementara lifting gas bumi ditargetkan di angka 5.338 hingga 5.695 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD), atau setara 953.000 hingga 1.017.000 barel oil per day equivalent (boepd).
Penetapan target ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk memastikan ketahanan energi nasional sekaligus mendukung pembangunan ekonomi. Target tersebut disampaikan secara resmi oleh Plt. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM, Tri Winarno, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi II DPR RI, BPH Migas, dan Pertamina di Kompleks Senayan, Jakarta.
Target Lifting Minyak dan Gas: Angka dan Harapan
“Adapun untuk target tahun 2026 adalah, mungkin nanti bareng-bareng kita lakukan pembahasan terkait dengan hal ini, antara 600.000 sampai dengan 610.000 barrel oil per day untuk lifting minyak bumi,” ujar Tri Winarno dalam RDP tersebut.
Untuk lifting gas bumi, Tri menambahkan, “Dan antara 5.338 - 5.695 MMSCDF atau setara 953.000 - 1.017.000 barel oil per day equivalent (boepd).” Pernyataan ini mempertegas besarnya harapan pemerintah dalam peningkatan produksi migas di masa mendatang.
Strategi Peningkatan Produksi Migas
Guna merealisasikan target tersebut, pemerintah melalui Kementerian ESDM akan menerapkan sejumlah strategi. Salah satu upaya utama adalah optimalisasi lapangan produksi yang sudah ada, serta reaktivasi sumur dan lapangan yang selama ini dalam kondisi idle.
Langkah ini dilakukan baik oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) secara mandiri maupun melalui kerja sama dengan mitra. Semua kegiatan ini mengacu pada Peraturan Menteri ESDM Nomor 14 Tahun 2025 yang mengatur tata kelola eksplorasi dan produksi migas.
Tri Winarno menjelaskan, “Strategi yang ditempuh antara lain dengan melakukan optimalisasi lapangan produksi, re-aktivasi sumur dan lapangan idle baik yang akan dikerjakan sendiri oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) maupun yang bekerja sama dengan mitra yang sudah diatur dalam Peraturan Menteri ESDM atau Permen ESDM Nomor 14 Tahun 2025 serta eksplorasi migas.”
Strategi ini tidak hanya diharapkan meningkatkan volume produksi, tetapi juga mendorong efisiensi dan pemanfaatan aset migas yang selama ini belum maksimal.
Perbandingan Target Tahun 2025 dan Proyeksi 2026
Sebagai informasi, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025, pemerintah telah menetapkan target lifting migas sebesar 1,61 juta barel per hari. Rinciannya, lifting minyak ditargetkan sebesar 605.000 barel per hari dan lifting gas bumi sebesar 1,005 juta barel setara minyak per hari.
Dibandingkan dengan target 2026, lifting minyak diharapkan naik sedikit menjadi 600.000 hingga 610.000 barel per hari, sementara lifting gas berada di kisaran 953.000 hingga 1.017.000 barel setara minyak per hari. Pergerakan target ini menunjukkan dinamika dan evaluasi berkelanjutan yang dilakukan pemerintah dalam menghadapi tantangan produksi migas domestik.
Kerangka Ekonomi Makro dan Kebijakan Fiskal Tahun 2026
Selain target produksi, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) juga turut memberikan gambaran kerangka makro ekonomi yang menjadi landasan penyusunan RAPBN 2026. Dalam Rapat Paripurna DPR RI, Kemenkeu menyerahkan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) Tahun 2026.
Dalam dokumen tersebut, harga minyak mentah Indonesia diproyeksikan berada pada kisaran 60 hingga 80 dolar AS per barel. Proyeksi harga ini menjadi salah satu variabel penting dalam perencanaan anggaran dan kebijakan energi nasional.
Selain itu, Kemenkeu memperkirakan lifting minyak di angka 600.000 hingga 605.000 barel per hari, serta lifting gas pada 953.000 hingga 1.017.000 barel setara minyak per hari. Hal ini sejalan dengan target yang diungkapkan oleh Kementerian ESDM.
Optimisme Mencapai Target dan Tantangan Ke Depan
Dengan berbagai upaya dan kebijakan yang telah dirancang, pemerintah menyatakan optimisme tinggi dalam mencapai target lifting migas di tahun 2026. Produksi migas yang meningkat bukan hanya akan memastikan ketersediaan energi nasional, tetapi juga berkontribusi signifikan terhadap penerimaan negara dan perekonomian.
Namun, tantangan dalam sektor migas tetap ada. Mulai dari kondisi lapangan migas yang menurun produksinya, investasi yang perlu didorong, hingga fluktuasi harga minyak dunia yang sulit diprediksi. Semua ini membutuhkan koordinasi dan sinergi antara pemerintah, kontraktor migas, dan pemangku kepentingan lainnya.
Target lifting minyak bumi dan gas bumi untuk tahun 2026 yang ditetapkan Kementerian ESDM merupakan langkah penting dalam mendukung ketahanan energi nasional. Dengan target lifting minyak sebesar 600.000-610.000 barel per hari dan lifting gas sebesar 5.338-5.695 MMSCFD, pemerintah berupaya meningkatkan produksi migas melalui optimalisasi lapangan dan reaktivasi sumur.
Proyeksi harga minyak mentah serta kebijakan fiskal turut menjadi penopang dalam perencanaan ini. Meskipun berbagai tantangan masih harus dihadapi, strategi yang matang dan kolaborasi efektif diharapkan mampu mewujudkan target yang sudah ditetapkan demi masa depan energi Indonesia yang lebih stabil dan berkelanjutan.