JAKARTA — Sebuah studi terbaru dari Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Makassar mengungkapkan bahwa 92% warga kota lebih memilih kendaraan pribadi sebagai alat transportasi utama mereka. Ini menjadi salah satu penyebab utama kemacetan yang semakin parah di kota yang memiliki penduduk lebih dari 1,4 juta jiwa ini. Kepala Bidang Angkutan Dishub Makassar, Jusman, menyingkap bahwa dari total penduduk, 75% di antaranya menggunakan kendaraan bermotor atau roda dua untuk mobilisasi sehari-hari. Keputusan ini berkontribusi besar terhadap kemacetan yang terjadi hampir setiap hari di berbagai ruas jalan kota.
"Mobilisasi manusia di Kota Makassar didominasi oleh kendaraan roda dua, yang mencapai 75%. Ini menjadi faktor besar dalam kemacetan yang terjadi setiap hari,” ujar Jusman.
Kota Makassar memiliki total 1.244 ruas jalan, namun 237 di antaranya dikenal sebagai sumber utama kemacetan. Penyebab kemacetan yang tinggi ini sebelumnya dianggap sebagai akibat dari perilaku pengguna jalan yang tidak disiplin. Namun, berdasarkan kajian yang lebih mendalam oleh Dishub, ditemukan bahwa kemacetan disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat dikelompokkan menjadi 11 penyebab utama.
Meskipun ada sebelas penyebab yang menjadi perhatian, Jusman menekankan bahwa ada empat faktor utama yang memerlukan perhatian khusus. "Awalnya, kami melihat bahwa kemacetan disebabkan oleh perilaku masyarakat. Tetapi setelah melakukan penelitian lebih lanjut, kami menemukan 11 penyebab utama kemacetan di Kota Makassar. Kami telah merangkum menjadi 4 faktor yang paling berpengaruh,” ungkap Jusman.
Empat Faktor Utama Penyebab Kemacetan:
1. Pilihan Mobilitas Masyarakat - Preferensi penggunaan kendaraan pribadi dibandingkan transportasi umum.
2. Perubahan Kondisi Alam - Cuaca buruk seperti banjir menyebabkan gangguan lalu lintas.
3. Sistem dan Infrastruktur Transportasi - Sistem yang belum maksimal dan infrastruktur yang belum memadai.
4. Regulasi dan Penataan Ruang - Kebijakan serta tata ruang kota yang memerlukan perbaikan.
Jusman menjelaskan bahwa pilihan mobilitas oleh warga yang lebih condong ke kendaraan pribadi merupakan tantangan utama bagi pemerintah dalam menciptakan sistem transportasi yang lebih efektif dan ramah lingkungan. "Sebagian besar warga Makassar memilih kendaraan pribadi untuk keperluan sehari-hari. Ini menjadi tantangan utama bagi pemerintah untuk menciptakan sistem transportasi yang lebih efektif dan ramah lingkungan,” tambah Jusman.
Dalam upaya mengatasi masalah ini, Jusman berharap pemerintah dapat lebih fokus dalam merencanakan pembangunan infrastruktur yang mendukung mobilitas berkelanjutan di Makassar. Langkah ini tidak hanya akan membantu mengurangi kemacetan, tetapi juga mendorong warga untuk lebih memilih transportasi umum dan ramah lingkungan. Dengan meningkatnya kesadaran dan perbaikan sistem transportasi, diharapkan kemacetan di Kota Makassar dapat diminimalisir, sehingga mobilitas warga menjadi lebih lancar dan efisien.
Pemerintah bersama dengan berbagai pihak diharapkan dapat segera mengimplementasikan solusi-solusi yang sudah direncanakan. Koordinasi dengan berbagai lembaga dan peningkatan partisipasi masyarakat menjadi kunci sukses dalam mengatasi tantangan ini. Melalui kebijakan transportasi yang berpihak pada kepentingan publik dan kelestarian lingkungan, Makassar dapat menjadi contoh kota yang maju dalam pengelolaan mobilitas perkotaan.
Sekarang ialah saat yang tepat untuk warga dan pemerintah bersatu padu mengejar tujuan bersama dalam menciptakan Kota Makassar yang lebih baik, nyaman, dan bebas dari jerat kemacetan. Dengan usaha bersama, kemacetan yang selama ini menjadi momok dapat diubah menjadi sejarah masa lalu, menuju masa depan yang lebih cerah dalam tata kota dan transportasi.