SAHAM

Saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) Melejit ke Rp 67.000 an: Menjadi Saham Termahal di Bursa Efek Indonesia

Saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) Melejit ke Rp 67.000 an: Menjadi Saham Termahal di Bursa Efek Indonesia
Saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) Melejit ke Rp 67.000 an: Menjadi Saham Termahal di Bursa Efek Indonesia

JAKARTA - Memasuki awal sesi perdagangan hari ini, saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) mencatatkan lonjakan signifikan hingga mencapai level tertinggi sepanjang masa. Pada pukul 09.06 WIB, harga saham emiten data center yang dipimpin oleh Otto Toto Sugiri ini terpantau berada di posisi Rp 67.225, melonjak 19,99% dan mencapai batas auto reject atas (ARA). Dengan pencapaian ini, saham DCII kini resmi menyandang status sebagai saham dengan nominal termahal yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Menguatnya harga saham DCII turut mendorong posisi perseroan melampaui harga saham PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) yang berada di angka Rp 43.875, serta saham PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) di posisi ketiga dengan harga Rp 38.275.

Penutupan perdagangan sebelumnya juga telah menyaksikan lonjakan harga saham DCI Indonesia sebesar 19,97%, turut mencapai batas ARA. Kenaikan ini seolah mendapatkan momentum tambahan setelah Direktur Utama PT DCI Indonesia Tbk, Otto Toto Sugiri, mengisyaratkan adanya peluang untuk melakukan pemecahan nilai nominal saham atau stock split.

"Sedang kami jajaki (untuk stock split saham)," ujar Otto Toto Sugiri ketika ditemui di acara IDE Katadata 2025.

Otto Toto Sugiri, pendiri DCII, sebelumnya telah mengungkapkan sejumlah faktor yang membuat harga saham perusahaan yang ia bangun meroket dari harga penawaran umum perdana (IPO). DCI Indonesia memulai debutnya di Bursa Efek Indonesia pada 6 Januari 2021, dengan harga IPO yang ditetapkan pada Rp 420 per saham.

Dalam sebuah wawancara di kanal YouTube, Toto mengungkapkan bahwa salah satu faktor utama lonjakan harga saham adalah potensi pertumbuhan bisnis DCII sebagai perusahaan data center. Namun, ia juga menekankan bahwa harga IPO saat itu memang sengaja dipatok rendah.

"Untuk saya, itu pertama kali IPO. Saya bilang ini saya gak mau investor rugi. Jadi kami menjualnya dengan harga yang sangat rendah. Nah, itu salah satu penyebabnya juga. Enggak rusak nama, jangan ada investor yang rugi," ungkap Toto Sugiri.

Lebih lanjut, Toto Sugiri menambahkan, sektor data center masih belum banyak digarap di Indonesia, sehingga DCII memiliki peluang besar sebagai salah satu pionir di bidang ini. "Kita salah satu pionirnya yang melihat ini kebutuhannya di negara kita ataupun di dunia itu akan membengkak. Kebutuhannya akan besar," tambahnya.

Kinerja saham DCII yang menanjak secara signifikan ini tidak terlepas dari meningkatnya perhatian investor terhadap kebutuhan data center seiring berkembangnya teknologi dan transformasi digital. Permintaan akan layanan data center, baik di dalam negeri maupun global, diperkirakan akan terus meningkat, membuka peluang pertumbuhan yang menjanjikan bagi perusahaan seperti DCI Indonesia.

Dalam beberapa waktu ke depan, pelaku pasar dan investor akan terus memantau perkembangan saham DCII, terutama terkait potensi stock split yang tengah dijajaki oleh manajemen. Langkah ini diharapkan dapat menarik lebih banyak investor masuk serta meningkatkan likuiditas saham DCII di pasar.

Kenaikan harga saham DCII ke posisi tertinggi sepanjang masa dapat menjadi sinyal bagi investor mengenai potensi perusahaan ke depan, terutama dalam menggarap pasar data center yang masih luas dan berkembang pesat. Melihat tren ini, DCII diharapkan dapat terus mengoptimalkan posisinya sebagai pemain utama di industri data center Indonesia dan regional.

Sikap proaktif dari manajemen dan dukungan investor yang kuat kiranya dapat mempertahankan momentum kenaikan saham ini dalam jangka panjang, sekaligus meneguhkan posisi DCII sebagai emiten data center terdepan di Indonesia. Sebagai informasi, saham PT DCI Indonesia Tbk tercatat mengalami perjalanan yang luar biasa sejak melantai di BEI, dan potensi pertumbuhan ke depan diyakini masih sangat prospektif.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index