Bursa

Mayoritas Bursa Asia Merosot, Investor Waspada Terhadap Rencana Tarif Impor Trump

Mayoritas Bursa Asia Merosot, Investor Waspada Terhadap Rencana Tarif Impor Trump
Mayoritas Bursa Asia Merosot, Investor Waspada Terhadap Rencana Tarif Impor Trump

JAKARTA - Pada perdagangan Kamis, 20 Februari 2025, mayoritas bursa saham di kawasan Asia-Pasifik tercatat melemah seiring dengan kekhawatiran para investor terhadap rencana Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk memberlakukan tarif impor sebesar 25% pada mobil, semikonduktor, dan produk farmasi. Kebijakan ini, menurut Trump, dapat mulai diterapkan pada 2 April 2025 mendatang, namun belum ada konfirmasi lebih lanjut mengenai apakah tarif tersebut akan diberlakukan secara spesifik pada negara-negara tertentu atau lebih umum.

"Kebijakan ini dapat memicu ketegangan perdagangan baru dan bisa berdampak signifikan pada rantai pasok global, terutama di sektor otomotif dan teknologi," ujar Nathan Lin, seorang analisis pasar senior di sebuah firma investasi terkemuka di Hong Kong.

Kinerja Bursa Asia

Penurunan terasa di berbagai bursa Asia. Di Australia, indeks S&P/ASX 200 melemah sebesar 1,06%, menandai penurunan selama empat hari berturut-turut. Berdasarkan survei dari Reuters, data ekonomi terbaru menunjukkan tingkat pengangguran di Australia diperkirakan naik menjadi 4,1% pada Januari, dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di angka 4%.

"Bursa saham Australia sedang menghadapi tekanan ganda dari dalam negeri, seperti meningkatnya tingkat pengangguran, dan dari luar negeri, terkait dengan kebijakan perdagangan AS yang tidak menentu," jelas Angela Watson, kepala ekonom dari sebuah lembaga ekonomi di Sydney.

Di Jepang, indeks Nikkei 225 mencatat penurunan sebesar 0,79% dan indeks Topix turun 0,67%. Di Korea Selatan, reaksi pasar sedikit berbeda, di mana indeks Kospi dibuka turun 0,18%, sementara indeks Kosdaq naik tipis 0,32%.

"Investor di Jepang dan Korea sedang mencari jawaban atas ketidakpastian ini. Ketakutan akan tarif impor memberikan tekanan berat pada pasar, terutama untuk industri otomotif kita," kata Kenji Sato, analis pasar dari Tokyo.

Hong Kong juga menunjukkan pergerakan yang tidak jauh berbeda. Indeks Futures Hang Seng berada di posisi 22.750, menunjukkan pembukaan yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan penutupan sebelumnya di 22.944,24.

Wall Street Justru Catat Rekor Baru

Berbeda dengan penurunan yang dialami oleh bursa-bursa di Asia, pasar saham AS justru menunjukkan performa yang mengesankan meskipun The Fed sedang dalam posisi yang lebih hati-hati dan Donald Trump mengancam untuk memberlakukan kebijakan tarif baru. Indeks S&P 500 mengalami kenaikan sebesar 0,24% dan ditutup pada level tertinggi baru di 6.144,15.

"Investor tampaknya tidak terlalu terpengaruh dengan dinamika yang terjadi di Asia, karena ada sentimen positif di dalam negeri seperti laporan pendapatan yang kuat dari beberapa perusahaan besar," kata Mark Thompson, analis pasar dari New York.

Nasdaq Composite juga menambah nilai sebesar 0,07% menjadi 20.056,25, sementara Dow Jones Industrial Average naik sebanyak 71,25 poin atau 0,16% ke angka 44.627,59.

Meskipun demikian, kekhawatiran tetap membayangi pasar global, terutama jika kebijakan tarif Trump diterapkan secara luas. Banyak pihak yang berharap agar keputusan akhir mengenai kebijakan ini dapat mencapai titik tengah yang dapat meminimalkan dampak negatif terhadap pasar serta ekonomi global.

Sementara itu, para investor akan terus memantau perkembangan kebijakan dari Gedung Putih serta langkah-langkah yang akan diambil oleh negara-negara yang mungkin terkena dampak tarif tersebut, guna menyesuaikan strategi investasinya ke depan. Kesiapan dan kecermatan dalam membaca situasi pasar akan sangat menentukan langkah-langkah investasi selanjutnya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index