PERBANKAN

Transformasi Digital: Pentingnya Distributed Database di Sektor Perbankan Indonesia

Transformasi Digital: Pentingnya Distributed Database di Sektor Perbankan Indonesia
Transformasi Digital: Pentingnya Distributed Database di Sektor Perbankan Indonesia

JAKARTA - Transformasi digital di sektor perbankan Indonesia menjadi sangat penting dalam era ekonomi digital saat ini. According to IDC Infobrief, yang disponsori oleh TiDB, 48% bank di Asia Tenggara memprioritaskan ketahanan infrastruktur perbankan mereka. Meski begitu, 50% dari data yang dimiliki masih bersifat tidak terstruktur, menghambat efektivitas inovasi dan skalabilitas. Transformasi ini didorong oleh kebutuhan teknologi yang lebih baik untuk meningkatkan ketahanan, skalabilitas, efisiensi biaya, dan kecepatan, terutama di sektor perbankan yang sangat kompetitif.

Dalam survei yang dilakukan oleh PricewaterhouseCoopers (PwC), ditemukan bahwa 68% bank di kawasan Asia Tenggara sudah melaksanakan inisiatif digitalisasi. Langkah ini diambil untuk meningkatkan pengalaman perbankan bagi nasabah mereka. Selain itu, 56% dari responden menekankan pentingnya transformasi digital untuk meningkatkan efisiensi operasional di semua divisi yang ada. Sementara itu, 41% dari mereka menyebutkan pentingnya perubahan ini untuk memperluas jangkauan ke basis nasabah yang lebih luas.

Situasi yang sama juga terjadi di Indonesia. Transformasi digital semakin berkembang dengan tingkat kematangan yang lebih tinggi. Fokus utama dari penyedia layanan keuangan adalah untuk meningkatkan kenyamanan nasabah dan memperbaiki sistem internal. Banyak bank yang sudah mengadopsi solusi terintegrasi, seperti pengintegrasian rekening bank dengan e-wallet. Hal ini bertujuan untuk membuat aktivitas perbankan menjadi lebih mudah diakses dan lebih inklusif.

Pada dasarnya, connected finance memerlukan ekosistem dan teknologi yang memungkinkan setiap komponen dalam ekosistem tersebut terintegrasi dengan baik. Salah satu teknologi kunci yang mendukung terwujudnya connected finance adalah distributed database. Teknologi ini menawarkan kemampuan untuk meningkatkan skalabilitas, kecepatan respons analitik, dan ketahanan yang sangat diperlukan guna mengurangi dampak dari potensi kelemahan arsitektur yang terdistribusi.

Distributed database memberikan fleksibilitas tinggi dalam pemrosesan inti, mendukung sistem-sistem periferal, dan menyokong konsep connected banking. Lebih jauh lagi, teknologi ini mampu meningkatkan efisiensi proses dalam jumlah besar dengan sangat signifikan.

IDC melaporkan bahwa 68% Chief Information Officer (CIO) di Asia menjadikan analitik data sebagai prioritas utama mereka. Teknologi distributed database menawarkan solusi yang fleksibel dan tangguh untuk mengelola volume data yang terus melonjak. Distributed database memastikan pemrosesan data secara real-time, meningkatkan skalabilitas, dan menghadirkan fleksibilitas yang sangat diandalkan. Dengan pergeseran industri perbankan menuju ekosistem yang lebih terhubung dan berbasis data, distributed database ini muncul sebagai elemen penting untuk menjaga kecepatan dan keandalan yang sangat dibutuhkan pada sistem perbankan saat ini.

Namun, transisi ke distributed database bukannya tanpa tantangan. IDC mencatat ada sejumlah hambatan yang seringkali dialami oleh bank di Asia. Sebanyak 44% CIO menyatakan bahwa risiko migrasi menjadi salah satu kendala utama dalam perjalanan transformasi digital mereka. Tapi yang menggembirakan, migrasi dari MySQL ke distributed database bisa dilakukan dengan aman dan cepat.

"Distributed database memainkan peranan penting dalam mempercepat pertumbuhan bisnis. Teknologi ini meningkatkan efisiensi operasional dengan mengurangi waktu batch processing hingga 58% serta mengatasi kendala performa dan kapasitas," ujar Arwinto P. Nugroho, Country Head of PingCAP Indonesia. "Selain itu, distributed database dapat menurunkan total biaya kepemilikan secara signifikan mencapai lebih dari 30% melalui arsitektur backend yang lebih efisien dan mengurangi biaya operasional. Hal ini memungkinkan bank untuk lebih fokus pada operasi inti mereka, mendorong siklus pengembangan yang lebih cepat, dan memaksimalkan nilai bisnis secara keseluruhan."

Di Indonesia, adopsi distributed database diharapkan bisa meningkatkan efisiensi dan demokratisasi data, memungkinkan bank untuk lebih meningkatkan kapabilitas digital mereka. Namun, tantangan tidak serta merta hilang. Beberapa masalah yang harus diatasi mencakup kurangnya tenaga kerja terampil (70%), infrastruktur lama yang masih digunakan (63%), risiko operasional selama proses migrasi (47%), ketahanan operasional (40%), resistensi dari manajemen tingkat atas (23%), dan ketidakcocokan dengan vendor (23%).

Mengingat tantangan-tantangan ini, ada beberapa langkah yang dapat diambil sektor perbankan di Indonesia:
1. Menjalin kemitraan dengan pihak lain dalam proses transformasi untuk memberikan dukungan yang diperlukan.
2. Mengatasi keterbatasan dari struktur basis data yang ada saat ini dengan mengupayakan peningkatan akses ke data historis, yang dapat mendukung hyper-personalization.
3. Mengelola transfer ke distributed database mungkin memerlukan beberapa upaya migrasi, dan memilih opsi migrasi berisiko rendah adalah pilihan terbaik.
4. Memanfaatkan kemampuan distributed database dalam ketahanan operasional yang sudah diperkuat melalui kesiapan implementasi di cloud.
5. Memanfaatkan struktur lisensi distributed database untuk membantu mengurangi biaya layanan.

Menurut laporan IDC, connected finance menghadirkan peluang pertumbuhan perbankan yang sangat besar, dengan estimasi pendapatan saat ini sebesar USD 57 miliar, yang melibatkan hingga 102 miliar transaksi API. Untuk mencapai pertumbuhan ini, bank harus mampu mengatasi manajemen data yang menjadi tantangan bagi 52% dari responden survei IDC.

Secara keseluruhan, connected finance kian menjadi prioritas di lembaga keuangan Asia, termasuk di Indonesia. dengan memanfaatkan teknologi seperti distributed database, lembaga keuangan mampu meningkatkan pendapatan dengan model bisnis yang sepenuhnya digital, meningkatkan ketahanan serta skalabilitas operasional, dan pada akhirnya, memberikan layanan yang lebih baik kepada nasabah.

IDC melihat bahwa adopsi desentralisasi database bukan hanya sekadar pilihan, melainkan telah menjadi keharusan bagi sektor keuangan untuk dapat berkembang dalam ekonomi digital saat ini. "Dengan mengadopsi solusi data terdistribusi, bank-bank di Indonesia dapat membuka efisiensi baru, meningkatkan pengalaman nasabah, dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dalam sistem yang semakin terhubung," tutup Arwinto.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index