JAKARTA - Indonesia akan merayakan ulang tahun kemerdekaannya yang ke-80 pada Agustus mendatang. Di tengah semaraknya pembangunan di berbagai sektor, salah satu tantangan besar yang dihadapi negeri ini adalah masalah kemacetan lalu lintas yang semakin parah setiap harinya. Dalam konteks ini, beralih ke transportasi umum dan ramah lingkungan menjadi kebutuhan mendesak.
Berdasarkan data Seasia Stats Research (2024), ekonomi Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang mengesankan. Pada triwulan kedua 2024, Indonesia menempati peringkat keempat dalam pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN, mengungguli Thailand dan Singapura. Namun, kemajuan ekonomi ini diiringi dengan lonjakan jumlah kendaraan bermotor yang turut menyebabkan kemacetan meningkat.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan peningkatan signifikan jumlah kendaraan bermotor dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2018, terdapat 126.508.776 unit kendaraan bermotor, sedangkan pada 2023 jumlahnya meningkat menjadi 157.080.504 unit — mengalami pertumbuhan sekitar 24,16% dalam lima tahun. Angka ini jauh melampaui pertumbuhan jumlah penduduk yang hanya mencapai 5,13% pada periode yang sama.
Fenomena ini menunjukkan bahwa jika tidak ada intervensi serius, jalan-jalan di kota besar Indonesia dapat semakin macet di masa depan. Salah satu solusi yang dianggap efektif adalah mendorong masyarakat untuk lebih sering menggunakan transportasi umum.
Alasan Beralih ke Transportasi Umum
Kemacetan bukanlah satu-satunya alasan untuk beralih ke transportasi umum. Polusi udara, yang telah menjadi salah satu masalah serius di perkotaan, juga perlu perhatian. Laporan dari IQAir menempatkan Indonesia pada peringkat 14 negara paling berpolusi di dunia pada tahun 2023, dengan konsentrasi PM2,5 mencapai 34,3 µg per meter kubik. Angka ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya.
Selain itu, kebutuhan untuk mengurangi impor minyak mentah menjadi agenda penting. Data BPS menunjukkan bahwa impor minyak mentah dan hasil minyak mencapai 188.383,4 ribu ton dengan nilai total sebesar 137.918 juta USD antara tahun 2019 dan 2023. Angka yang besar ini menunjukkan ketergantungan pada minyak impor yang harus segera dikurangi melalui pemanfaatan transportasi umum secara optimal.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral menyebutkan, "Dengan beralih ke transportasi umum, kita dapat menghemat subsidi BBM yang mencapai Rp 379,9 triliun dari 2019 hingga 2023, dan dananya bisa dialihkan untuk meningkatkan infrastruktur transportasi umum."
Penggunaan transportasi umum juga dapat menekan angka kecelakaan lalu lintas yang mayoritas melibatkan sepeda motor. Dalam beberapa tahun terakhir, kecelakaan lalu lintas mengalami fluktuasi dengan kecenderungan meningkat mencapai angka 139.258 kasus pada tahun 2022.
Transportasi Ramah Lingkungan sebagai Solusi Jangka Panjang
Selain meningkatkan penggunaan transportasi umum konvensional, ada kebutuhan mendesak untuk mempromosikan transportasi ramah lingkungan, seperti kendaraan listrik. Keuntungannya jelas, seperti mengurangi polusi udara dan ketergantungan pada bahan bakar fosil, yang produksinya terus menurun. Misalnya, produksi minyak mentah Indonesia menurun dari 745,28 MBOPD pada 2019 menjadi 605,50 MBOPD pada 2023.
Peningkatan infrastruktur transportasi ramah lingkungan perlu didukung oleh upaya pemerintah. Seorang pakar transportasi menyatakan, "Pengembangan transportasi listrik bisa menjadi game-changer jika pemerintah turut serta membangun infrastruktur pendukungnya."
Meski demikian, mengubah kebiasaan masyarakat tidaklah mudah. Tantangan utama adalah memperbaiki sistem transportasi umum agar lebih efisien, menjangkau lebih banyak rute, dan memiliki tarif yang terjangkau. Sebuah studi menunjukkan bahwa salah satu alasan masyarakat enggan menggunakan angkutan umum adalah keterbatasan rute dan ketidaknyamanan.
Para ahli percaya bahwa pemerintah dan pihak terkait harus bersama-sama mencari solusi inovatif untuk mengatasi masalah ini. Subsidi dan dukungan terhadap bisnis inovatif di sektor transportasi juga bisa membantu mempercepat transisi ini.
Harapan dan Langkah ke Depan
Di masa depan, diharapkan rute transportasi umum dapat diperluas ke wilayah non-protokol, dan tarifnya lebih terjangkau untuk memotivasi masyarakat beralih dari kendaraan pribadi. Dengan demikian, kemacetan dapat dikurangi, polusi udara dapat diminimalisir, dan sumber daya APBN dapat dialokasikan untuk sektor lain yang lebih produktif.
Keseriusan pemerintah dalam mengembangkan transportasi umum dan ramah lingkungan tidak hanya akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat tetapi juga mendukung komitmen Indonesia dalam meraih pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Sambil merayakan 80 tahun kemerdekaan, inilah saatnya untuk melangkah ke depan dengan transportasi yang lebih cerdas, hemat energi, dan lebih hijau.