Pasar Gelisah Akibat Kebijakan Tarif Trump: Saham Dua Sektor Ini Lebih Tahan Banting di Tengah Ketidakpastian

Rabu, 19 Februari 2025 | 13:13:30 WIB
Pasar Gelisah Akibat Kebijakan Tarif Trump: Saham Dua Sektor Ini Lebih Tahan Banting di Tengah Ketidakpastian

JAKARTA - Kebijakan tarif yang diimplementasikan Donald Trump, Presiden Amerika Serikat, membawa kegelisahan di pasar global. Meskipun telah dijanjikan pada masa kampanye, sebagian besar janji ini dijalankan dengan bertahap, yang menciptakan keraguan dan ketegangan dalam pasar keuangan internasional. Sebagai bagian dari kebijakan ini, tarif 25% terhadap Kanada dan Meksiko mengalami penundaan, sedangkan tarif 60% untuk China dikurangi menjadi 10%. "Kebijakan ini menunjukkan bahwa pemerintahan Trump masih membuka ruang untuk negosiasi demi mencapai keseimbangan perdagangan global," ujar Samuel Kesuma, CFA, Chief Investment Officer - Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI).

Meskipun demikian, Samuel mengingatkan bahwa volatilitas akibat perubahan kebijakan ini terus menimbulkan ketidakstabilan pasar dalam jangka pendek hingga menengah. Ketidakpastian ini membuat para pelaku pasar berusaha mencari sektor-sektor yang lebih stabil.

Respon The Fed dan Dampaknya Terhadap Dolar AS

Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, tampaknya masih dalam mode "wait and see" terhadap kebijakan Trump. Meski telah tiga kali memangkas suku bunga pada akhir 2024, kini The Fed lebih berhati-hati. Ketua The Fed, Jerome Powell, menekankan belum ada urgensi untuk pemangkasan suku bunga lebih lanjut. Ini dilakukan untuk menyeimbangkan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Jika pemangkasan dilakukan terlalu cepat, inflasi dikhawatirkan akan melonjak kembali; jika terlalu lambat, ekonomi bisa terdampak negatif.

Samuel memperkirakan dolar AS akan tetap kuat dalam jangka pendek, didukung oleh ketidakpastian kebijakan Trump, sikap hawkish The Fed, dan pemangkasan suku bunga yang lebih agresif di negara maju lainnya. Kondisi ini tentu membawa tantangan bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Dampak Kebijakan Bank Indonesia dan Kondisi Ekonomi Lokal

Di tengah ketidakpastian global, Bank Indonesia justru membuat kejutan dengan memangkas suku bunga ke level 5,75% pada Januari 2025. Meski Rupiah melemah ke kisaran 16.000 per dolar AS, Bank Indonesia melihat level ini masih sesuai dengan fundamental ekonomi Indonesia. Stabilitas Rupiah tetap diusahakan melalui intervensi pasar valas dan kebijakan baru terkait devisa hasil ekspor (DHE).

Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga menunjukkan tren penurunan yang mengkhawatirkan, dengan angka 5,03% pada 2024, lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto merespons dengan kebijakan populis dan stimulus, termasuk kenaikan upah minimum regional (UMR), pembatalan kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN), serta paket stimulus sebesar Rp38 triliun. Namun, efektivitas dari langkah-langkah ini masih menjadi pertanyaan di tengah ancaman perang tarif global. "Efektivitas langkah-langkah ini masih menjadi pertanyaan, terutama di tengah ancaman perang tarif global yang dapat menghambat perdagangan dan pertumbuhan lebih lanjut," ungkap Samuel.

Kinerja Pasar Saham: Sektor Potensial di Tengah Ketidakpastian

Pasar saham menghadapi tekanan akibat likuiditas domestik yang ketat dan kondisi global yang belum jelas. Namun, di tengah tantangan ini, Samuel menilai bahwa sektor konsumsi tetap menarik karena lebih tahan terhadap volatilitas. Kebijakan pemerintah yang mendukung daya beli masyarakat diharapkan memberi dampak positif terhadap sektor ini.

Di sisi lain, sektor perbankan menunjukkan potensi setelah mengalami aksi jual oleh investor asing, dengan valuasi yang kini lebih menarik. "Jika The Fed mulai melunak dalam kebijakan suku bunganya pada semester kedua 2025, arus dana asing berpotensi kembali masuk ke pasar saham Indonesia, mendukung pemulihan sektor perbankan dan perekonomian secara keseluruhan," Samuel menambahkan.

Dengan demikian, meskipun ketidakpastian pasar tengah meningkat, terdapat peluang di sektor-sektor tertentu yang dapat dimanfaatkan para investor. Kondisi ini secara khusus relevan bagi pelaku pasar yang mencari stabilitas di tengah fluktuasi kebijakan global. Bareksa, super app investasi, juga menyediakan platform yang mempermudah investor untuk melakukan diversifikasi portofolio sesuai dengan tujuan dan profil risiko masing-masing melalui berbagai instrumen investasi yang tersedia.

Investasi saham mengandung risiko dan menjadi tanggung jawab pribadi. Informasi ini dibuat dari sumber terpercaya dan tidak dipengaruhi pihak manapun. Tidak merupakan ajakan untuk transaksi. Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan. Performa masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet sebelum berinvestasi.

Terkini