Proyek Jalan Tol Terpanjang di Indonesia: Harapan dan Tantangan Menuju Realisasi

Rabu, 19 Februari 2025 | 10:33:35 WIB
Proyek Jalan Tol Terpanjang di Indonesia: Harapan dan Tantangan Menuju Realisasi

JAKARTA - Proyek jalan tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap (Getaci) terus menjadi sorotan publik sebagai calon jalan tol terpanjang di Indonesia. Setelah mengalami berbagai tantangan, termasuk kegagalan lelang dan pengunduran diri investor awal, proyek ini tetap mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Anggota Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR, Sony Sulaksono Wibowo, memastikan bahwa proyek Getaci ini akan terus berlanjut, terutama melalui tahap pemutakhiran studi kelayakan.

"Saat ini, proyek jalan tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap masih dalam tahap pemutakhiran dokumen studi kelayakan atau Feasibility Study. Proses ini penting untuk memastikan kelayakan proyek dari berbagai aspek," kata Sony pada Rabu, 19 Februari 2025.

Seluruh proses ini bertujuan untuk menganalisis secara mendalam berbagai karakteristik proyek jalan tol, sehingga seluruh tahapan berikutnya termasuk lelang kepada calon investor dapat berjalan dengan lancar. Pemerintah berharap proses ini dapat berjalan sesuai dengan rencana, dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang mendukung keberlanjutan serta manfaat jangka panjang, baik bagi masyarakat maupun perekonomian nasional.

Sony menambahkan, "Kami akan terus mengupayakan agar proyek ini dapat segera terwujud demi meningkatkan konektivitas dan mobilitas antar daerah."

Proyek tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap, yang merupakan bagian dari mega proyek Gedebage-Tasikmalaya-Ciamis sepanjang 108 km dan Getaci sepanjang 206 km, sebelumnya mengalami kendala dalam proses lelang. Dua konsorsium peserta lelang untuk proyek dengan anggaran Rp 37 triliun ini tidak lolos prakualifikasi, menambah daftar panjang tantangan yang harus dihadapi.

Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Rachman Arief Dienaputra, menjelaskan bahwa proyek ini masih akan dievaluasi lebih lanjut, mengingat efisiensi anggaran yang berdampak pada dukungan konstruksi pemerintah. "Getaci, bersama dengan proyek Gilimanuk-Mengwi, masih kami evaluasi secara intensif. Dana dukungan konstruksi yang dibutuhkan cukup besar, dan saat ini kami sedang berusaha mengalokasikan anggaran sesuai dengan keterbatasan yang ada," ungkap Rachman Arief di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.

Proyek ini dianggap menantang, terutama karena bentang geografisnya yang melintasi daerah pegunungan, menyulitkan aspek konstruksi dan membutuhkan alokasi investasi yang besar. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, pihaknya tetap optimis proyek ini dapat dievaluasi dan menemukan jalan keluar terbaik untuk dapat direalisasikan.

Rachman menambahkan, "Kita terus evaluasi proyek ini karena berbagai faktor, terutama di lokasi seperti Bandung-Garut yang konstruksinya mahal. Nanti koordinasi dengan BPJT dan Dirjen Bina Marga sangat penting sebelum memutuskan 'go or no go' untuk Getaci maupun proyek lain seperti Gilimanuk."

Seiring dengan perkembangan proyek Getaci, Panitia Pelelangan Pengusahaan Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Ciamis dalam pengumuman hasil pelelangan telah mengungkap bahwa konsorsium PT Trans Persada Sejahtera-PT Wiranusantara Bumi dan konsorsium PT Dayamulia Turangga-PT China State Construction Overseas Development Shanghai telah dinyatakan tidak lulus prakualifikasi. Hal ini mencerminkan bahwa tantangan dalam pengadaan proyek ini masih harus diatasi agar menemukan investor yang sesuai dengan kebutuhan dan kapabilitas proyek.

Dengan semua tantangan tersebut, kejadian proyek Getaci menjadi pelajaran penting bagi pengembangan infrastruktur besar lainnya di Indonesia. Pemerintah berkomitmen untuk mengkaji lebih lanjut segala aspek yang berkaitan dengan kelangsungan proyek ini, dengan harapan proyek ini mampu terwujud dan berfungsi sebagai jalur penting yang mendorong pertumbuhan ekonomi regional dan nasional.

Terkini